SEJARAH DAN PELAKSANAAN
PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh: Aisyah*
*Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika
Universitas Sriwijaya
Penjajahan oleh Belanda yang terjadi di Inndonesia
menmbentuk pola pikir masyarakat Indonesia tunduk dan patuh pada
sistem kolonialisme. Pola pikir negatif ini menjadi catatan hitam sejarah
kebangsaan Indonesia
yang terus diturunkan dari generasi kegenerasi selanjutnya dalam kurun waktu
berabad-abad sebagai “warisan masalah”. Sehingga terbentuklah generasi Indonesia yang
penurut, tunduh, dan patuh tidak pada tempatnya. Generasi yang “tenggelam dalam
diam”, generasi yang hanya memikirkan “yang penting masih bisa makan hari ini”,
generasi yang dibabat habis potensi sikap kritis dan kreativitasnya dalam
cengkeraman para penjajah.
Kondisi seperti ini yang berlangsung begitu lama
seakan-akan menjadi hal yang natural yang akan selalu ada pada diri setiap anak
Indonesia yang terlahir di bumi pertiwi ini. Betapa tidak, karena hal ini sudah
begitu mendarah daging dalam diri masyarakat yang tertekan dalam kurun waktu
berabad lamanya. Bangsa penjajah hanya berpikir bagaimana meraup “keuntungan”
sebanyak-banyaknya dari Negara jajahannya. Mereka tidak pernah berpikir handak
membangun generasi Indonesia
yang sudah diperasnya. Kalaulah ada pendidikan yang diberikan kepada bangsa Indonesia , itu
hanyalah pendidikan yang dipersiapkan untuk memenuhi kuota “tenaga kuli”
mereka, tidak lebih! Budaya pola pikir dan pendidikan ini terus-menerus
berlangsung dan sangat sulit untuk dirubah dalam kurun waktu yang singkat. Hal
ini masih sangat terasa dalam pengelolaan penddikan kita dewasa ini yang masih cendrung
bersifat teacher center.
Pengelolaan pendidikan yang bersifat teacher center ini tentunya mengambat
perkembangan potensi kreativitas siswa. Siswa akan sangat tergantung pada
gurunya. Sedangkan gurunya sendiri cenderung memberikan pembelajaran kepada
siswa hanya pada tataran aspek kognitif.
Pola pendidikan yang hanya menekankan pada aspek
kognitif ini menyebabkan pengabaian terhadap aspek lainnya; aspek afektif dan
aspek psikomotorik. Hal ini selanjutnya mengakibatkan lahirnya generasi yang split personality. Akibatnya akan
melahirkan out put pendidikan yang yang tidak seimbang dalam pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketidak seimbangan ini menjadi bagian dari
penyebab kegagalan pendidikan meletakkan sendi-sendi dasar pembangunan masyarakat
yang disiplin serta gagal membentuk SDM yang mampu berkompetisi di dunia
global.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan
Matematika, Common Text Book Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. 2001. Bandung : JICA-Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI).
RuseEfendi, Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. 2006. Bandung : Tarsito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar