EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN
Oleh: Aisyah*
*Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika
Universitas Sriwijaya
PENGERTIAN
Epistemologi berasal dari kata
episteme dan logos, berasal dari bahasa Yunani. Episteme artinya pengetahuan,
sedangkan logos menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Jadi Epistemologi
dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan (Theory of
Knowledge). Epistemologi juga disebut
logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan
dengan suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik
mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang
tidak benar. Batasan-batasan di atas nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak
diselesaikan epistemologi ialah bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran
pengetahuan.
OBJEK DAN TUJUAN ESTIMOLOGI
Dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga
pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat,
sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran, sedang
tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi objek dan tujuan
memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan
tercapainya tujuan
Objek epistemologi ini menurut Jujun
S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang
menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan
tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang
harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa
terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah
sama sekali.
Jacques Martain
mengatakan: “Tujuan epistemologi
bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu,
tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal
ini menunjukkan, bahwa epistemologi
bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari,
akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki
potensi untuk memperoleh pengetahuan.
LANDASAN EPISTEMOLOGI
Landasan epistemologi ilmu disebut metode
ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang
tercantum dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu
layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat
penting dalam bangunan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah telah dijadikan pedoman
dalam menyusun, membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu.
Menurut Burhanudin
Salam Metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagai berikut
:
(1) Penemuan atau Penentuan
masalah. Di sini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telaah
denga ruang lingkup dan batas-batasanya. Ruang lingkup permasalahan ini harus
jelas. Demikian juga batasan-batasannya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan
mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya, yakni perumusan
kerangka masalah;
(2) Perumusan Kerangka
Masalah merupakan usaha untuk mendeskrisipakn masalah dengan lebih jelas. Pada langkah ini
kita mengidentifikasikan faktor-faktor yang terlibat dalam
masalah tersebut. Faktor-faktor
tersebut membentuk suatu masalah yang berwujud gejala yang sedang kita telaah.
(3) Pengajuan hipotesis merupakan
usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara menge-nai hubungan
sebab-akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah
tersebut di atas. Hipotesis ini pada hakekatnya merupakan hasil suatu penalaran
induktif deduktif dengan mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui
kebenarannya.
(4) Hipotesis dari
Deduksi merupakan merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita menjabarkan
konsekuensinya secara empiris. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi
hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat
dalam dunia fisik yang nyata, dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita
ajukan.
(5) Pembuktian hipotesis
merupakan usaha untuk megunpulkan fakta-fakta sebagaimana telah disebutkan
di atas. Kalau fakta-fakta tersebut memag ada dalam dunia empiris kita, maka
dinyatakan bahwa hipotesis itu telah terbukti, sebab didukung oleh fakta-fakta
yang nyata. Dalam hal hipotesis itu tidak terbukti, maka hipotesis itu ditolak
kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis yang lain, sampai kita
menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.
(6) Penerimaan Hipotesis menjadi teori Ilmiah
hipotesis yang telah terbukti kebenarannya dianggap merupakan pengetahuan baru
dan diterima sebagai bagain dari ilmu. Atau dengan kata lain hipotesis tersebut
sekarang dapat kita anggap sebagai (bagian dari) suatu teori ilmiah dapat
diartikan sebagai suatu penjelasan teoritis megnenai suatu gejala tertentu.
Pengetahuan ini dapat kita gunakan untuk penelaahan selanjutnya, yakni sebagai
premis dalam usaha kita untuk menjelaskan berbagai gejala yang lainnya. Dengan
demikian maka proses kegiatan ilmiah mulai berputar lagi dalam suatu daur
sebagaimana yang telah ditempuh dalam rangka mendapakan teori ilmiah tersebut.
RUANG
LINGKUP EPISTEMOLOGI
M. Arifin merinci
ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan,
batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana
asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan
benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang
dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat
diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya
ilmu.
Mengingat epistemologi
mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik
kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki
dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang
diketahui dibidang tertentu.
Dalam
pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang
mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga mengesankan bahwa
seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek
tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung
diabaikan.
M. Amin Abdullah
menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada
dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara
konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak
membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu,
aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau
setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak.
Namun, penyederhanaan
makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada
tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang
epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman
epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas
metode pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang
amat luas, yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan “bangunan”
pengetahuan.
KEBENARAN PENGETAHUAN
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran
(Surajiyo, 2005) antara lain sebagai berikut :
- The correspondence theory of truth (Teori Kebenaran Saling Berkesesuian). Berdasarkan teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan bahwa kebenaran itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud dengan faktanya..
- The Semantic Theory of Truth (Teori Kebenaran berdasarkan Arti).
Berdasarkan Teori Kebenaran Semantiknya Bertrand
Russell, bahwa kebenaran (proposisi) itu ditinjau dari segi arti atau maknanya.
- The consistence theory of truth (Teori Kebenaran berdasarkan Konsisten). Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
- The pragmatic theory of truth (Teori Kebenaran berdasarkan Pragmatik). Yang dimaksud dengan teori ini ialah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata tergantung kepada faedahnya bagi manusia dalam kehidupannya.
- The Coherence Theory of Truth(Teori Kebenaran berdasarkan Koheren) Berdasarkan teori Koherennya Kattsoff (1986) dalam bukunya Element of Philosophy, bahwa suatu proposisi itu benar, apabila berhubungan dengan ide-ide dari proposisi terdahulu yang benar.
- The Logical Superfluity of Truth (Teori Kebenaran Logis yang berlebihan). Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Ayer, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan berakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama dan masing-masing saling melingkupi.
- Teori Skeptivisme, suatu kebenaran dicari ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
- Teori Kebenaran Nondeskripsi. Teori yang dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme, yang menyatakan bahwa suatu pernyataan mempunyai nilai benar tergantung pada peran dan fungsi dari pada pernyataan itu.
Kebenaran dapat dibuktikan secara :
Radikal (Individu), Rasional (Obyektif), Sistematik (Ilmiah), dan Semesta
(Universal). Andi Hakim Nasution dalam bukunya Pengantar ke Filsafat Sains,
bahwa kebenaran mempunyai tiga tingkatan, yaitu haq al-yaqin, ‘ain al-yaqin,
dan ‘ilm al-yaqin. Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan,
yaitu: 1) Kebenaran wahyu, 2) Kebenaran spekulatif filsafat, 3) Kebenaran
positif ilmu pengetahuan dan 4) Kebenaran pengetahuan biasa. Pengetahuan yang
dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan
yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah.
TERJADINYA PENGETAHUAN
Menurut Made Pidarta (1997: 77) ada lima sumber
pengetahuan: 1) Otoritas, yang terdapat dalam enseklopedi, buku teks yang baik,
rumus, dan tabel; 2) Common sense, yang ada pada adat dan tradisi; 3) Intuisi
yang berkaitan dengan perasaan ; 4) Pikiran untuk menyimpulkan hasil
pengalaman; 5) Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara
ilmiah. Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical
Analysis (Abbas Hamami, 1982 ) mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu :
1. Pengalaman
Indra ( sense experience)
2. Nalar ( reason )
3. Otoritas ( authority )
4. Intuisi ( Intuition )
5. Wahyu (revelation )
6. Keyakinan ( faith )
MACAM-MACAM PENGETAHUAN
2. Nalar ( reason )
3. Otoritas ( authority )
4. Intuisi ( Intuition )
5. Wahyu (revelation )
6. Keyakinan ( faith )
MACAM-MACAM PENGETAHUAN
Macam-macam pengetahuan menurut Imanuel Kant ialah :
- Pengetahuan Analitis; predikat sudah termuat dalam subyek. Predikat diketahui melalui suatu analisis obyek. Misalnya, lingkaran itu bulat.
- Pengetahuan Sintetis Aposteriori; predikat dihubungkan dengan subyek berdasarkan pengalaman indrawi.
- Pengetahuan Sintetis Apriori: Akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pesawat, ilmu pasti bersifat sintetis apriori. (Surajiyo, 2005)
KLASIFIKASI ILMU
Menurut Cristian Wolff, klasifikasi ilmu pengetahuan
ialah :
- Ilmu pengetahuan empiris :
1. Kosmologi empiris
2. Psikologi empiris
b. Matematika
1. Murni : aritmatika, geometri aljabar
2. Campuran : mekanika, dll.
c. Filsafat:
1. Spekulatif (metafisika)
a. Umum-ontologi
b. Khusus: psiokologi, kosmologi, theologi
2. Praktis:
a. Intelek-logika
b. Kehendak : ekonomi, etika, politik
c. pekerjaan fisik : teknik.
2. Auguste Comte, klasifikasi ilmu pengetahuan ialah :
a. Ilmu pasti (matematika)
b. ilmu perbintangan (astronomi)
c. ilmu alam ( fisika )
d. ilmu kimia
e. ilmu hayat ( biologi atau fisiologi )
f. ilmu fisika sosial ( sosiologi )
3. Karl Raimund Popper, mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menjadi :
a. Dunia I : Kenyataan fisik dunia
b. Dunia II : Kenyataan psikis dari dalam diri manusia
c. Dunia III : Hipotesis, hukum, Teori (ciptaan manusia) yaitu :
Karya ilmia, Studi ilmiah dan Penelitian ilmiah
4. Jurgen Habermas, mengklasifikasi ilmu pengetahuan sebagai berikut :
a. Ilmu bersifat empiris-analitis : ilmu alam dan sosial empiris.
b. Ilmu bersifat historis-hermeneutis : Humaniora
c. Ilmu yang bersifat sosial-kritis : Ekonomi,sosiologi dan politik
2. Psikologi empiris
b. Matematika
1. Murni : aritmatika, geometri aljabar
2. Campuran : mekanika, dll.
c. Filsafat:
1. Spekulatif (metafisika)
a. Umum-ontologi
b. Khusus: psiokologi, kosmologi, theologi
2. Praktis:
a. Intelek-logika
b. Kehendak : ekonomi, etika, politik
c. pekerjaan fisik : teknik.
2. Auguste Comte, klasifikasi ilmu pengetahuan ialah :
a. Ilmu pasti (matematika)
b. ilmu perbintangan (astronomi)
c. ilmu alam ( fisika )
d. ilmu kimia
e. ilmu hayat ( biologi atau fisiologi )
f. ilmu fisika sosial ( sosiologi )
3. Karl Raimund Popper, mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menjadi :
a. Dunia I : Kenyataan fisik dunia
b. Dunia II : Kenyataan psikis dari dalam diri manusia
c. Dunia III : Hipotesis, hukum, Teori (ciptaan manusia) yaitu :
Karya ilmia, Studi ilmiah dan Penelitian ilmiah
4. Jurgen Habermas, mengklasifikasi ilmu pengetahuan sebagai berikut :
a. Ilmu bersifat empiris-analitis : ilmu alam dan sosial empiris.
b. Ilmu bersifat historis-hermeneutis : Humaniora
c. Ilmu yang bersifat sosial-kritis : Ekonomi,sosiologi dan politik
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
ILMU
Dalam perkembangnnya, ilmu dapat dibagi dalam tiga
tahap, yaitu :
- Tahap Sistematika.
Pada tahap ini, ilmu menggolongkan obyek empiris ke
dalam kategori- kategori tertentu untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum
yang merupakan pengetahuan bagi manusia dalam mengenal dunia fisik.
- Tahap Komparatif.
Pada tahap ini manusia mulai membandingkan antara
kategori yang satu dengan kategori yang lain.
- Tahap Kuantitatif
Pada tahap ini manusia mencari hubungan sebab akibat,
tidak lagi berdasarkan perbandingan melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak
dari obyek yang sedang disediki.
KARAKTERISTIK ILMU
Menurut Surajiyo alam bukunya Ilmu Filsafat suatu Pengantar
(2005), karakteristik pengetahuan dalam 5 bagian, adalah:
- Empiris,
pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
- Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
- Obyektif,
ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
- Analitis,
pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam
bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan
peranan dari bagian-bagian itu.
- Verifikatif,
pengetahuan dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun.
METODE ILMIAH
Landasan epistemologi ilmu adalah metode ilmiah. Metode
ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan secara ilmiah yang
disebut ilmu atau pengetahuan ilmiah.
Langkah-langkah kegiatan berpikir ilmiah:
1) penemuan atau
penentuan masalah secara sadar
2) perumusan kerangka permasalahan
3) menyususn kerangka penjelasan
4) pengajuan hipotesis
5) pengujian hipotesis
6) deduksi dari hipotesis
7) pembuktian dari hipotesis
8) penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah
2) perumusan kerangka permasalahan
3) menyususn kerangka penjelasan
4) pengajuan hipotesis
5) pengujian hipotesis
6) deduksi dari hipotesis
7) pembuktian dari hipotesis
8) penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hakim Nasution. Pengantar Ke Filsafat Dains. Penerbit PT. Pustaka Litera Antar
Nusa, 1999
http://lela68.wordpress.com/2009/05/24/filsafat-ilmu-perkembangan-teori-atom/. Diakses pada 28 Nopember 2010.
http://www.slideshare.net/yadiedwitama/10-perkembangan-teori-atom. Diakses pada 28 N0vember 2010.
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=91&fname=kim102_06.htm. Diakses pada 28 Nopember 2010.
Kwary, Deny A. Gambaran
Umum Ilmu Bahasa (Linguistik ),
(Online),
http://www.kwary.net/Linguistics/Gambaraan%20Umum%20Ilmu%20Bahasa.doc.. Diakses pada 28
Nopember 2010.
Salliyanti. 2008
Language is Powerful,
(Online), http://library.usu.ac.id/download/fs/06002046.pdf.
Medan: Universitas Sumatera
Utara. Diakses pada tanggal 22 November 2009
Suriasumantri, Yuyun S. 2003. Filsafat ilmu sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar