Daftar Blog Saya

Minggu, 01 Januari 2012

AKSIOLOGI PENGETAHUAN


AKSIOLOGI PENGETAHUAN
Oleh: Aisyah*
*Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya

1. AKSIOLOGI
Secara etimologis, aksiologi berasal dari perkataan “axios” (yunani) yang berarti “nilai”, dan “logos” yang berarti “teori”. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. (Burhanuddin Salam,1997). Aksiologi adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu digunakan.
2. PENGETAHUAN
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lain seperti seni dan agama.
3. ILMU
Ilmu adalah kumpulan dari pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Ilmu merupakan produk dari proses berpikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut berpikir ilmiah. (Burhanuddin Salam, 1997). Hakekat bepikir ilmiah mencakup dua kriteria utama, yaitu :
1. Mempunyai alur jalan pikiran yang logis.
2. Didukung oleh fakta empiris.
Dari hakikat berfikir ilmiah tersebut maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dari ilmu(Burhanuddin Salam, 1997), sebagai berikut:
  1. Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
  2. Alur jalan fikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada.
  3. Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
  4. Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi.
Ilmu merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu dengan memperhatikan objek (ontologi), cara (epistemologi), dan kegunaannnya (aksiologi). Adapaun kegunaan ilmu itu adalah sebagai berikut :
1. Mencapai nilai kebenaran (ilmiah)
2. Memahami aneka kejadian
3. Meramalkan peristiwa yang akan terjadi
4. Menguasai alam untuk memanfaatkannya.
4
. TEKNOLOGI
Jujun S. Suriasumantri mendefinisikan teknologi adalah penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah praktis baik yang berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). ada beberapa esensi yang terkandung mengenai teknologi yaitu :
  1. Teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berpikir, keberadaan teknologi bersama dengan keberadaan budaya umat manusia.
  2. Teknologi merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat artifisial.
  3. Teknologi merupakan himpunan dari pikiran (set of minds), sehingga teknologi dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudut pandang analisis.
  4. Teknologi bertujuan untuk memfasilitasi human endeavor (ikhtiar manusia), sehingga teknologi harus mampu meningkatkan performansi (kinerja) kemampuan manusia.
Fungsi teknologi, yaitu :
  1. Sebagai sarana untuk memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia.
    2. Meningkatkan performansi (kinerja) kemampuan manusia.
5. ILMU DAN MORAL
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsbnya . Ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.
Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya (netralitas ilmu), sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan (nilai moral), seperti agama. Ketika ilmu dapat mengembangkan dirinya, dari konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam bentuk kongkrit yang berupa teknologi. Kalau dalam kontemplasi masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah.
Ilmuwan terbagi dalam dua golongan, yaitu : (Jujun.S.Sumantri,1996)
a. Golongan I
Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis.


b. Golongan II
golongan kedua berpendapat netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaannya, harus berlandaskan asas-asas moral.
Menurut Jujun S.Sumantri dalam Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, tanggung jawab sosial ilmuwan meliputi antara lain :
1.      Kepekaan/kepedulian terhadap masalah-masalah sosial di masyarakat.
2.      Imperatf, memberikan perspektif yang benar terhadap sesuatu hal : untung dan ruginya, baik dan buruknya ; sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.
3.      Bertindak persuasif dan argumentatif (berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya).
4.      Meramalkan apa yang akan terjadi ke depan.
5.      Menemukan alternatif dari objek permasalahan yang sedang menjadi pusat perhatian.
6.      Memberitahukan kekeliruan cara berfikir.
7.      Menegakkan/menjunjung tinggi nilai kebenaran (universal)
-   menganalisis materi kebenaran (kegiatan intelektual).
-   prototype motorik yang baik (memberi contoh)
6. NILAI
            Runes (dalam Sadulloh, 2003:38) mengemukakan beberapa persoalan tentang nilai yang mencakup: hakikat nilai, tipe nilai, kriteria nilai, status metafisika nilai.
6.1 HAKIKAT NILAI
      Ada beberapa teori yang berbicara tentang hakikat nilai antara lain:
  1. Teori voluntarisme mengatakan nilai adalah suatu pemuasan terhadap keinginan atau kemauan.
  2. Teori hedonisme beranggapan bahwa hakikat nilai adalah kesenangan atau “pleasure” karena semua kegiatan manusia terarah pada pencapaian kesenangan.
  3. Teori formalisme menyatakan nilai adalah kemauan yang bijaksana yang didasarkan pada akal rasional. Berdasarkan teori ini nilai itu berari sudah berdasarkan pertimbangan baik dan buruknya.
  4. Teori pragmatisme menyatakan bahwa nilai itu baik apabila memenuhi kebutuhan dan memiliki nilai instrumental yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan.
6.2  KRITERIA NILAI
            Sesuatu yang menjadi ukuran dari nilai tersebut, bisa berupa nilai yang baik atau nilai yang buruk. Bagi kaum hedonisme mereka menemukan ukuran nilai dalam sejumlah kesenangan, sementara bagi kaum pragmatis menemukan ukuran nilai dari “kegunaannya” dalam kehidupan baik individu maupun masyarakat.
            Berdasarkan hakikat nilai yang telah disimpulkan sebelumnya maka kriteria nilai itu dikatakan baik jika memiliki kegunaan atau manfaat dalam kehidupan manusia begitu pun sebaliknya.
6.3  STATUS METAFISIKA NILAI
            Yang dimaksud dengan status metafisika nilai adalah bagaimana hubungan nilai-nilai tersebut dengan realitas. Menurut Runes (dalam Sadulloh, 2003: 38) mengemukakan tiga jawabannya, yaitu subjektivisme adalah nilai itu berdiri sendiri, namun bergantung dan berhubungan dengan pengalaman manusia. Secara objektivisme logis, nilai itu sesuatu wujud, suatu kehidupan yang logis, tidak terkait pada kehidupan yang dikenalnya. Secara objektivisme metafisika, nilai adalah sesuatu yang lengkap, objektif, dan merupakan bagian aktif dari realitas metafisik.
6.4. KARAKTERISTIK NILAI
            Ada bebeberapa karakteristik yang berkaitan dengan teori nilai, yaitu nilai objektif dan subjektif, nilai absolut dan berubah.
      1. Nilai objektif dan subjektif.
            Suatu nilai dikatakan objektif apabila nilai tersebut memiliki kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan penilaian manusia. Nilai subjektif apabila nilai tersebut memiliki preferensi abadi, dikatakan baik karena dinilai seseorang.
      2. Nilai absolut dan berubah
Nilai dikatakan absolut atau abadi apabila nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta absah sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapa pun tanpa memperhatikan ras dan kelas social. contohnya nilai kasih saying, ALLAH Maha Pengampun. Nilai dikatakan berubah apabila tergantung dari pengalaman seseorang, dan diuji oleh pengalaman dalam kehidupan masyarakat. Mungkin juga sebagai hasil kreasi akal rasional atau suatu kepercayaan yang kuat sesuai dengan harapan dan keinginan manusia. Sebagai contohnya adalah teknologi.
6.5 TINGKATAN NILAI
            Beberapa pandangan yang berkaitan dengan tingkatan nilai.
1.      Kaum idealis                     : nilai spiritual merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari material.
2.      Kaum realis                       : nilai rasional dan empiris berada pada tingkatan atas
Kaum pragmatis          : tidak ada kepastian dalam tingkatan nilai, karena menurut kaum ini apabila bisa memuaskan kebutuhan yang penting dan memiliki nilai instrumental maka hal tersebut berada pada tingkat atas.


DAFTAR PUSTAKA
Andi Hakim Nasution. Pengantar Ke Filsafat Dains. Penerbit PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 1999
http://lela68.wordpress.com/2009/05/24/filsafat-ilmu-perkembangan-teori-atom/. Diakses pada 28 Nopember 2010.                          
Kwary, Deny A. Gambaran Umum Ilmu Bahasa (Linguistik ), (Online),

Salliyanti. 2008  Language is Powerful, (Online),  http://library.usu.ac.id/download/fs/06002046.pdf. Medan: Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 22 November 2009

Suriasumantri, Yuyun S. 2003. Filsafat ilmu sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar